3 bukti untuk mengenali Hamba Tuhan
Solusi Hidup Zaman Now. Memahami tentang hidup untuk melayani adalah hal yang menarik. Jika bicara tentang melayani, tentu tidak akan jauh-jauh pembahasannya yaitu tentang pelayannya dan tidak jauh dari orang yang melayani.
Dalam Perjanjian Lama sering disebut sebagai abdi Allah dan bahasa Perjanjian Baru biasa disebut pelayan. Untuk bahasa kerennya adalah hamaba-Nya atau hamba Tuhan. Jika kita belajar dalam PL dan PB maka kita dapat melihat bagaimana Allah memanggil orang yang akan menjadi hamba-Nya.
Ada beberapa cara Allah memanggil atau memiliki orang untuk menjadi rekan kerja-Nya.
Ada beberapa cara Allah memanggil atau memiliki orang untuk menjadi rekan kerja-Nya.
Salah satunya adalah lewat penglihatan. Panggilan Allah kepada Musa lewat penglihatan. Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada-Nya dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Alkitab berkata, “Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api (Keluaran 3:2).”
Musa adalah abdi Allah atau hamba Allah. Alkitab berkata, “Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada orang Israel sebelum ia mati (Ulangan 33:1).” Yang menarik dalam kontek ini bukan hanya nyala api yang keluar dari semak duri, tetapi respon Musa tehadap nyala api yang keluar dari semak duri itu. Siapapun manusia pasti penasaran terhadap penglihatan ini.
Apa respon Musa terhadap nyala api yang keluar dari semak duri?
- Ayat 3 Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Kata menyimpang dalam teks aslinya adalah “sur” yaitu turn artinya belok, perubahan, atau peralihan.
Jadi, menyimpang artinya Musa mengubah fokusnya. Dimana awalnya musa hanya mengembalakan kambing domba dan Musa sedang menuntun domba untuk mencari rumput bagi dombanya.
- Ayat 3 Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Kata menyimpang dalam teks aslinya adalah “sur” yaitu turn artinya belok, perubahan, atau peralihan.
Jadi, menyimpang artinya Musa mengubah fokusnya. Dimana awalnya musa hanya mengembalakan kambing domba dan Musa sedang menuntun domba untuk mencari rumput bagi dombanya.
Ketika Musa melihat nyala api yang keluar dari semak duri, ia mengambil sikap untuk menyimpang atau mengubah fokus atau arah. Saya percaya kalau Musa tidak menyimpang, maka Musa tidak akan bisa jadi abdi Allah atau hamba Tuhan.
Untuk kita menjadi hamba Tuhan, kita perlu mengubah fokus kita. Saya berdoa supaya pembaca mengalami pembaharuan fokus. Jika saudara sekarang hanya fokus kepada usaha saudara, pekerjaan saudara, keluarga saudara, pribadi saudara, masalah saudara,dan kesibukan saudara, sehingga saat menghadap Tuhan di gereja pun saudara tidak fokus.
Untuk kita menjadi hamba Tuhan, kita perlu mengubah fokus kita. Saya berdoa supaya pembaca mengalami pembaharuan fokus. Jika saudara sekarang hanya fokus kepada usaha saudara, pekerjaan saudara, keluarga saudara, pribadi saudara, masalah saudara,dan kesibukan saudara, sehingga saat menghadap Tuhan di gereja pun saudara tidak fokus.
Saat Firman Tuhan disampaikan saudara tidak fokus, dan dapat dipastikan ketika saudara pulang saudara tidak tahu apa yang anda akan lakukan sebagai orang percaya. Tetapi jika saudara fokus kepada Firman Tuhan yang sedang disampaikan, dengan tuntunan Roh-Nya, saudara akan tahu tugas dan tanggung jawab saudara dan saudara tahu benar bahwa saudara adalah hamba-Nya/ hamba Tuhan.
Satu pertanyaan yang penting, dizaman baru ini bagaimana kita memastikan orang tersebut adalah hamba Tuhan? apakah karena ia lulusan sekolah Alkitab maka kita berkata ia adalah hamba Tuhan? atau apakah ada kriteria yang lain?.
Dari segi apa kita melihat dan berkata orang ini adalah abdi Allah:
1. Lihat Imannya
Untuk melihat iman tidak mudah dan juga tidak juga begitu sulit. Kita dapat membedakan orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman. Tentunya kita tidak bisa melihat iman seseorang dari pengakuan mulutnya semata tetapi harus sampai pada perbuatan. Kita akan lebih muda melihat iman seseorang lewat perbuatannya.
Satu pertanyaan yang penting, dizaman baru ini bagaimana kita memastikan orang tersebut adalah hamba Tuhan? apakah karena ia lulusan sekolah Alkitab maka kita berkata ia adalah hamba Tuhan? atau apakah ada kriteria yang lain?.
Dari segi apa kita melihat dan berkata orang ini adalah abdi Allah:
1. Lihat Imannya
Untuk melihat iman tidak mudah dan juga tidak juga begitu sulit. Kita dapat membedakan orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman. Tentunya kita tidak bisa melihat iman seseorang dari pengakuan mulutnya semata tetapi harus sampai pada perbuatan. Kita akan lebih muda melihat iman seseorang lewat perbuatannya.
Alkitab berkata, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yakubus 2:26).” Sebab ada banyak orang kristen dimulut berkata beriman tetapi tidak memiliki perbuatan. Untuk lebih jelasnya kita perlu mengetahui apa itu iman yang Tuhan inginkan.
Iman dalam kamus bahasa Indonesianya adalah kepercayaan, biasanya ditunjukkan kepada Tuhan dan kitab suci. Iman dalam bahasa Ibrani Emunah, kata kerjanya adalah aman. Sedangkan iman dalam bahasa Yunaninya memakai kata pistis yang artinya kepercayaan atau penyerahan kepada seseorang.
Iman dalam kamus bahasa Indonesianya adalah kepercayaan, biasanya ditunjukkan kepada Tuhan dan kitab suci. Iman dalam bahasa Ibrani Emunah, kata kerjanya adalah aman. Sedangkan iman dalam bahasa Yunaninya memakai kata pistis yang artinya kepercayaan atau penyerahan kepada seseorang.
Kata kerja dari pistis adalah pisteuo artinya adalah percaya kepada, penyerahan diri kepada. Kata aman maupun kata pisteuo yang mempunyai pengertian menyerah kepada sesuatu atau seseorang yang bersifat tetap atau teguh.
Pada hakekatnya iman adalah mengikuti atau menuruti kehendak Allah. Artinya, orang yang beriman adalah orang yang menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah. Iman dimulai dengan kesediaan bukan saja mengakui Ia datang dari Allah, tetapi menuruti kehendak-Nya.
Pada hakekatnya iman adalah mengikuti atau menuruti kehendak Allah. Artinya, orang yang beriman adalah orang yang menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah. Iman dimulai dengan kesediaan bukan saja mengakui Ia datang dari Allah, tetapi menuruti kehendak-Nya.
Alkitab berkata, “Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya (Yohanes 3:2).”
Salah satu contoh dalam Perjanjian Lama adalah adalah Abraham. Abraham adalah bapa orang beriman. Abraham dikatakan bapa orang beriman karena dilihat dari ketaatannya kepada Allah. Iman bukan hanya kata yang terucap tetapi tindakan yang sersingkap.
Salah satu contoh dalam Perjanjian Lama adalah adalah Abraham. Abraham adalah bapa orang beriman. Abraham dikatakan bapa orang beriman karena dilihat dari ketaatannya kepada Allah. Iman bukan hanya kata yang terucap tetapi tindakan yang sersingkap.
Iman itu harus terlihat dengan tindakan yang nyata dalam kehidupan. Artinya jika kita berkata beriman tetapi kita tidak punya tindakan, itu sama artinya kita tidak mempunyai iman. Jadi untuk mengetahui bahwa orang itu adalah abdi Allah atau pelayan Tuhan atau tidak, dapat dilihat dari ketaatannya kepada perintah Allah.
2. Lihat apakah hidupnya selaras dengan Firman (Yohanes 15:1-8)
Hidup selaras dengan Firman adalah hal yang hebat. Mengapa demikian? Sebab tidak seorang pun yang dapat menghidupi Firman dan Firman hidup didalam hidupnya.
Selaras dapat diartinya secara sederhana adalah sesuai dengan Firman Tuhan. Artinya, orang yang hidupnya selaras dengan Firman adalah orang yang memberikan sebuah aplikasi kehidupan seperti apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan. Firman Tuhan yang terlaksana. Hal inilah yang hebat. Jadi orang yang hidupnya selaras dengan Firman adalah orang yang hebat.
Sesuai dengan teks Injil Yohanes disana kita menemukan bagaimana Tuhan Yesus memberikan sebuah paradigma atau pemahaman yang baru mengenai manusia. Dalam hal ini manusia digambarkan sebagai ranting dan Yesus sebagai pokok anggur. Dan yang menjadi pengusahanya adalah Bapa.
Sesuai dengan teks Injil Yohanes disana kita menemukan bagaimana Tuhan Yesus memberikan sebuah paradigma atau pemahaman yang baru mengenai manusia. Dalam hal ini manusia digambarkan sebagai ranting dan Yesus sebagai pokok anggur. Dan yang menjadi pengusahanya adalah Bapa.
Ranting tidak akan bisa hidup kalau ia tidak tinggal, melekat, terhubung dengan pokok. Ranting tidak akan bisa menghasilkan buah kalau ranting tidak tinggal, melekat, dan terhubung dengan pokok. Artinya hidup matinya ranting ditentukan dengan ia tinggal, melekat, dan terhubung dengan pokok.
Demikianlah halnya dengan kita sebagai manusia, kita akan mati dan tidak menghasilkan apa-apa dalam hidup kalau kita tidak tinggal, melekat dan terhubung dengan Yesus. Jadi orang dapat hidup selaras dengan Firman adalah orang yang tinggal, melekat dan terhubung dengan Yesus.
Jadi untuk membuktikan bahwa orang itu adalah abdi Allah, lihat Firman yang terlaksana dalam hidupnya.
Jadi untuk membuktikan bahwa orang itu adalah abdi Allah, lihat Firman yang terlaksana dalam hidupnya.
Tanda atau bukti orang yang hidupnya selaras dengan Firman:
Baca Juga: SIAPA YANG BOLEH MELAYANI TUHAN?
- Ia selalu dibersihkan/ ia sehat (ayat 2)
- Hidupnya diberkati (2)
- Dapat berbuat banyak (ayat 5)
- Berbahagia (Maz 1:1-6)
Tanda orang yang hidupnya tidak selaras dengan Firman:
- Ia tidak berguna/ dibuang
- Tidak dapat berbuat apa-apa
- Tidak berkenan dihadapan Allah
Sebagai umat Allah, mari kita selaraskan hidup kita dengan Firman Allah dengan cara kita memiliki hubungan yang intim dengan Yesus.
3. Memiliki kuasa Allah/ penuh dengan Roh Kudus (Kis 1:8)
Kisah para Rasul 1:8 (LAI) “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Kuasa dalam bahasa Yunani “dunamis”, artinya kekuatan. Dengan kekuatan atau kuasa Roh Kudus, kita dapat menjadi saksi Allah yang efektif.
Dapat kita melihat pelayanan dari murid-murid Yesus sebelum mereka diurapi oleh Roh Kudus dan contohnya adalah Rasul Petrus. Sebelum ia di urapi oleh Roh Kudus ia adalah seorang penakut. Karena takut, Petrus meyangkal bahwa dia bukanlah murid Yesus, bahkan ia sampai mengutuk dan bersumpah.
Alkitab berkata, “Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam (Matius 26:74).” Padahal kalau kita lihat konteks sebelumnya, Petrus terlihat berani katika Yesus berbicara tentang apa yang akan dialami oleh Yesus dan itu dapat menggoncangkan iman mereka (murid-murid).
Alkitab berkata, “Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak. (Matius 26:33).”
Pada saatnya tiba dan Yesus ditangkap, hanya pertanyaan dari seorang hamba perempuan saja Petrus langsung menyangkal dan berkata “ Aku tidak tau, apa yang engkau maksud.”
Pada saatnya tiba dan Yesus ditangkap, hanya pertanyaan dari seorang hamba perempuan saja Petrus langsung menyangkal dan berkata “ Aku tidak tau, apa yang engkau maksud.”
Ketika ia pergi kepintu gerbang, seorang hamba yang lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada disitu: “ orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.” dan ia menyangkal pula dengan bersumpah: “aku tidak mengenal orang itu.”
Tidak lama kemudian orang-orang yang ada disitu datang kepada petrus dan berkata : “ pasti engkau juga salah satu dari mereka, itu nyata dari bahasamu.” Maka mulailah petrus mengutuk dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu.” Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Hal ini terjadi karena Petrus belum mengalami kuasa Roh Kudus.
Di zaman ini, kita pun dapat memiliki pengalaman yang sama dengan Petrus tentang penyangkalan terhadap Yesus kalau kita belum dipenuhi oleh Roh Kudus. Mungkin kita tidak berbicara banyak kepada orang lain bahwa kita adalah golongan yang menyangkal Yesus.
Di zaman ini, kita pun dapat memiliki pengalaman yang sama dengan Petrus tentang penyangkalan terhadap Yesus kalau kita belum dipenuhi oleh Roh Kudus. Mungkin kita tidak berbicara banyak kepada orang lain bahwa kita adalah golongan yang menyangkal Yesus.
Sikap hidup yang bertentangan dengan Firman Tuhan pun dapat dikategorikan sebagai penyangkalan. Contohnya: saat makan direstoran, di rumah makan padang, di warteg, engkau tidak mau berdoa. Ini dapat dikategorikan penyangkalan.
Kita tidak dalam keadaan terancam seperti petrus, namun kita sudah takut, bagaimana jika hal itu kita hadapi. Yang pasti adalah jika kita sudah dipenuhi oleh Roh maka kebenaran Kristuslah yang terlaksana.
Petrus tidak berani untuk bersaksi dan ia juga tidak berani untuk menyatakan bahwa ia adalah murid Yesus. Namun ketika ia diurapi oleh Roh Kudus ia berani untuk bersaksi dan buktinya adalah banyak orang yang percaya dan memberi diri dibabtis.
Petrus tidak berani untuk bersaksi dan ia juga tidak berani untuk menyatakan bahwa ia adalah murid Yesus. Namun ketika ia diurapi oleh Roh Kudus ia berani untuk bersaksi dan buktinya adalah banyak orang yang percaya dan memberi diri dibabtis.
Alkitab berkata, “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41).” Jadi, kuasa Allah adalah hal yang sangat penting untuk menjadi saksi yang efektif.
Jadi ada tiga bukti atau tanda bahwa seseorang itu adalah abdi Allah. Dan jika kita berkata saya adalah abdi Allah tentu ketiga hal ini kita miliki. Dan jika saat ini dari ketiga hal itu belum kita miliki tetapi kita mau menjadi abdi Allah maka pastikan bahwa ketiga hal diatas kita miliki. (Oleh: Ermanayono S.Th)
Jadi ada tiga bukti atau tanda bahwa seseorang itu adalah abdi Allah. Dan jika kita berkata saya adalah abdi Allah tentu ketiga hal ini kita miliki. Dan jika saat ini dari ketiga hal itu belum kita miliki tetapi kita mau menjadi abdi Allah maka pastikan bahwa ketiga hal diatas kita miliki. (Oleh: Ermanayono S.Th)
Comments
Post a Comment